Pengertian Kromatografi
Kromatografi
adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola
pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen
(berupa molekul) yang berada pada larutan.
Kromatografi
adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan
dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan
fase stasioner (diam), dan yang lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak).
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu.
Kromatografi
adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan
bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen
Prosedur
pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis
dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu
diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di
dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya
perbedaan dalam absorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran
molekul atau kerapatan muatan ion dinamakan kromatografi sehingga masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Anonim, 1995).
Dari
beberapa pengertian tersebut, maka dapat diambil sebuah kesimpulan
bahwa kromatografi adalah teknik analisis yang diterapkan untuk
memisahkan komponen-komponen dalam campuran berdasarkan 2 jenis fase
yaitu fase diam (stationer) dan fase gerak (mobil).
2.2 Sejarah penemuan Kromatografi
Perkembangan
kimia modern dengan teknik pemisahan yang cepat, tidak dapat terlaksana
bila tidak adanya ilmuan yang menemukannya. Kromatografi merupakan
salah satu alat yang ada dalam perkembangan kimia modern, sehingga suatu
analisis dapat dilakukan dengan cepat dan baik.
Di
awal abad ke-20, kimiawan Rusia Mikhail Semënovich Tsvet (1872-1919)
menyiapkan kolom yang diisi dengan serbuk kalsium karbonat, dan
kedalamnya dituangkan campuran pigmen tanaman yang dilarutkan dalam
eter. Secara mengejutkan, pigmen memisahkan dan membentuk lapisan
berwarna di sepanjang kolom. Ia menamakan kromatografi pada teknik
pemisahan baru ini (1906). Kemudian kimiawan dari Swiss Richard Martin
Willstätter (1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni
khlorofil untuk menunjukkan manfaat teknik ini, dan sejak itu banyak
perhatian diberikan pada kromatografi. Dan untuk Kromatografi lapis
tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938.
Serta Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994)
adalah orang pertama yang menggunakan metoda analisis asam amino dengan
kromatografi kertas. Saat campuran asam amino menaiki lembaran kertas
secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara
fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa
berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai ujung atas kertas
proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang
jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi.
2.3 Klasifikasi Kromatografi
Kromatografi dibagi menjadi beberapa jenis bergantung pada jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya.
Secara umum, fase gerak (mobil):
a. Kromatografi Cair (Liquid Chromatography)
Kromatografi cair merupakan teknik yang tepat untuk memisahkan ion atau
molekul yang terlarut dalam suatu larutan. Jika larutan sampel
berinteraksi dengan fase stasioner, maka molekul-molekul didalamnya
berinteraksi dengan fase stasioner; namun interaksinya berbeda
dikarenakan perbedaan daya serap (adsorption), pertukaran ion (ion exchange), partisi (partitioning),
atau ukuran. Perbedaan ini membuat komponen terpisah satu dengan yang
lain dan dapat dilihat perbedaannya dari lamanya waktu transit komponen
tersebut melewati kolom. Terdapat beberapa jenis kromatografi cair, diantaranya: reverse phase chromatography, High Performance Liquid Chromatography (HPLC), size exclusion chromatography, serta supercritical fluid chromatography.
Reverse phase chromatography
Reverse phase chromatography merupakan alat analitikal yang kuat dengan memadukan sifat hidrofobik serta rendahnya polaritas
fase stasioner yang terikat secara kimia pada padatan inert seperti
silika.Metode ini biasa digunakan untuk proses ekstraksi dan pemisahan
senyawa yang tidak mudah menguap (non-volatile).
High performance liquid chromatography
High performance liquid chromatography (HPLC) mempunyai prinsip yang mirip dengan reverse phase.
Hanya saja dalam metode ini, digunakan tekanan dan kecepatan yang
tinggi. Kolom yang digunakan dalam HPLC lebih pendek dan berdiameter
kecil, namun dapat menghasilkan beberapa tingkatan equilibrium dalam
jumlah besar.
Akhir-akhir
ini, untuk pemurnian (misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa
organik skala besar, HPLC (high precision liquid chromatography atau
high performance liquid chromatography) secara ekstensif digunakan. Bi
la zat melarut dengan pelarut yang cocok, zat tersebut dapat dianalisis.
Ciri teknik ini adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim fasa
mobil kedalam kolom. Dengan memberikan tekanan tinggi, laju dan
efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar.
Silika
gel atau oktadesilsilan yang terikat pada silika gel digunakan sebagai
fasa stationer. Fasa stationer cair tidak populer. Kolom yang digunakan
untuk HPLC lebih pendek daripada kolom yang digunakan untuk kromatografi
gas. Sebagian besar kolom lebih pendek dari 1 m.
Size exclusion chromatography
Size exclusion chromatography, atau yang dikenal juga dengan gel permeation atau filtration chromatography
biasa digunakan untuk memisahkan dan memurnikan protein. Metode ini
tidak melibatkan berbagai macam penyerapan dan sangat cepat. Perangkat
kromatografi berupa gel berpori yang dapat memisahkan molekul besar dan
molekul kecil. Molekul besar akan terelusi terlebih dahulu karena
molekul tersebut tidak dapat penetrasi pada pori-pori.
b. Kromatografi Gas
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer
dapat berupa padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi
gas-cair).
Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert
misalnya karbon teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau
saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang
(2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen
atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah
seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan
dengan teknik ini.
Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat
yang diadsorbsi di permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau
penyaring molekular, digunakan sebagai fasa diam dan diisikan ke dalam
kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa
disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara
fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa
yang kurang larut dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu.
Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang
mudah menguap seperti hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan
minyak atsiri dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan teknik
ini.
Efisiensi pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel
dan cairannya. Disarankan untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui
efektif untuk berbagai senyawa. Berdasarkan hasil ini, cairan yang
lebih khusus kemudian dapat dipilih. Metoda deteksinya, akan
mempengaruhi kesensitifan teknik ini. Metoda yang dipilih akan
bergantung apakah tujuannya analisik atau preparatif.
Komponen alat kromatografi gas
Alat GLC atau GC terdiri atas 7 bagian yang pokok seperti pada gambar, yaitu:
1. Silinder tempat gas pembawa/pengangkut
2. Pengatur aliran dan pengatur tekanan
3. Tempat injeksi cuplikan
4. Kolom
5. Detector
6. Pencatat
7. Terminal untuk 3, 4 dan 5
1. Gas pengangkut/pemasok gas
Gas pengangkut (carrier gas) ditempatkan dalam silinder bertekanan tinggi. Biasanya tekanan dari silinder sebesar 150 atm. Tetapi tekanan ini sangat besar untuk digunakan secara Iansung.
Gas pengangkut harus memenuhi persyaratan :
a. Harus inert, tidak bereaksi dengan cuplikan, cuplikan-pelarut, dan material dalam kolom.
b. Murni dan mudah diperoleh, serta murah.
c. Sesuai/cocok untuk detektor.
d. Harus mengurangi difusi gas
Gas-gas yang sering dipakai adalah : helium, argon, nitrogen, karbon dioksida dan hidrogen. Gas
helium dan argon sangat baik, tidak mudah terbakar, tetapi sangat
mahal. H2 mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati dalam
pemakaiannya. Kadang-kadang digunakan juga C02.
Pemilihan gas pengangkut atau pembawa ditentukan oleh ditektor yang digunakan. Tabung
gas pembawa dilengkapi dengan pengatur tekanan keluaran dan pengukur
tekanan. Sebelum masuk ke kromatografi, (harusnya) ada pengukur
kecepatan aliran gas serta sistem penapis molekuler untuk memisahkan air
dan pengotor gas lainnya. Pada dasarnya kecepatan alir gas diatur
melalui pengatur tekanan dua tingkat yaitu pengatur kasar (coarse) pada tabung gas dan pengatur halus (fine)
pada kromatograf. Tekanan gas masuk ke kromatograf (yaitu tekanan dari
tabung gas) diatur pada 10 s.d 50 psi (di atas tekanan ruangan) untuk
memungkinkan aliran gas 25 s.d 150 mL/menit pada kolom terpaket dan 1
s.d 25 mL/menit untuk kolom kapiler.
2. Pengatur aliran dan pengatur tekanan
Ini disebut pengatur atau pengurang Drager. Drager
bekerja baik pada 2,5 atm, dan mengalirkan massa aliran dengan tetap.
Tekanan lebih pada tempat masuk dari kolom diperlukan untuk mengalirkan
cuplikan masuk ke dalam kolom. Ini disebabkan, kenyataan lubang akhir
dari kolom biasanya mempunyai tekanan atmosfir biasa. Juga oleh
kenyataan bahwa suhu kolom adalah tetap, yang diatur oleh thermostat,
maka aliran gas tetap yang masuk kolom akan tetap juga.
Demikian juga komponen-komponen akan dielusikan pada waktu yang tetap yang disebut waktu penahanan (the retention time), tR.
Karena kecepatan gas tetap, maka komponen juga mempunyai volume
karakteristik terhadap gas pengangkut = volume penahanan (the retention
volume), vr. Kecepatan gas akan mempengaruhi effisiensi kolom.
Harga-harga yang umum untuk kecepatan gas untuk kolom yang memiliki diameter luar.
1/4" O.D : kecepatan gas 75 ml/min
1/8" O.D : kecepatan gas 25 ml/min.
3. Tempat injeksi (The injection port)
Dalam pemisahan dengan GLC cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Gas
dan uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa
organik berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa
yang berbentuk cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini
membutuhkan pemanasan sebelum masuk dalam kolom. Panas itu terdapat
pada tempat injeksi seperti pada gambar 9. bagan injektor.
Tempat injeksi dari alat GLC selalu dipanaskan. Dalam
kebanyakan alat, suhu dari tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama
untuk pengaturan suhu ini adalah batiwa suhu tempat injeksi sekitar 50°C
lebih tinggi dari titik didih campuran dari cuplikan yang mempunyai
titik didih yang paling tinggi. Bila kita tidak mengetahui titik didih
komponen dari cuplikan maka kita harus mencoba-coba. Sebagai tindak
lanjut suhu dari tempat injeksi dinaikkan. Jika puncak-puncak yang
diperoleh lebih baik, ini berarti bahwa suhu percobaan pertama terlalu
rendah. Namun demikian suhu tempat injeksi tidak boleh terlalu tinggi,
sebab kemungkinan akan terjadi perubahan karena panas atau penguraian
dari senyawa yang akan dianalisa.
Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom dengan cara menginjeksikan melalui tempat injeksi. Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan jarum injeksi yang sering disebut "a gas tight syringe".
Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh menginjeksikan cuplikan terlalu banyak, karena GC sangat sensitif. Biasanya
jumlah cuplikan yang diinjeksikan pada waktu kita mengadakan analisa
0,5 -50 ml gas dan 0,2 - 20 ml untuk cairan seperti pada gambar di
bawah.
4. Kolom
Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Bentuk
dari kolom dapat lurus, bengkok, misal berbentuk V atau W, dan
kumparan/spiral. Biasanya bentuk dari kolom adalah kumparan. Kolom
selalu merupakan bentuk tabung. Tabung ini dapat terbuat dari :
a. Tembaga (murah dan mudah diperoleh)
b. Plastik (teflon), dipakai pada suhu yang tidak terlalu tinggi.
c. Baja (stainless steel), (mahal)
d. Alumunium
e. Gelas
Panjang
kolom dapat dari 1 m sampai 3 m. Diameter kolom mempunyai berbagai
ukuran, biasanya pengukuran berdasarkan diameter dalam dari kolom gelas
yaitu antara 0,3 mm hingga 5 min. Kebanyakan
kolom yang digunakan berupa stainles steel dengan diameter luar (OD)
dari I/S atau 1/4 inch (0,3 atau 0,6 cm). Pada GSC kolom diisi dengan
penyerap (adsorbent), sedangkan pada GLC kolom diisi dengan "solid
support" (padatan pendukung) yang diikat oleh fase diam.
5. Detektor
Detektor
berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang telah dipisahkan
dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat melakukan pada
suhu yang lebih tinggi. Detektor
harus dapat dipercaya dan mudah digunakan. Fungsi umumnya mengubah
sifat-sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian
arus listrik tersebut diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan
kromatogram. Detektor yang umum digunakan:
a. Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD)
b. Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector_ FID)
c. Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD)
d. Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)
e. Detektor nyala alkali
f. Detektor spektroskopi massa
Detektor yang peka terhadap senyawa organik yang mengandung fosfor adalah FID, ECD, dan FPD. Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector – ECD). Pada penetapan ini, digunakan detektor penangkap elektron. Detektor
ini merupakan modifikasi dari FID yaitu pada bagian tabung ionisasi.
Dasar dari ECD ialah terjadinya absorbsi e- oleh senyawa yang mempunyai
afinitas terhadap e- bebas (senyawa-senyawa elektronegatif). Dalam
detektor gas terionisasi oleh partikel yang dihasilkan dari 3H atau 63Ni.
Detektor ini mengukur kehilangan sinyal ketika analit terelusi dari
kolom kromatografi. Detektor ini peka terhadap senyawa halogen, karbonil
terkoyugasi, nitril, nitro, dan organo logam, namun tidak peka terhadap
hidrokarbon, ketone, dan alkohol.
6. Oven kolom
Kolom terletak didalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu
oven harus diatur dan sedikit dibawah titik didih sampel. Jika suhu
diset terlalu tinggi, cairan fase diam bisa teruapkan, juga sedikit
sampel akan larut pada suhu tinggi dan bisa mengalir terlalu cepat dalam
kolom sehingga menjadi terpisah (Hendayana, 2001).
7. Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang diperkuat melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari
kromatogram yang diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara membandingkan waktu retensi
sampel dengan standar. Analisis kuantitatif dengan menghitung luas area maupun tinggi dari kromatogram (Hendayana, 2001). Sinyal
analitik yang dihasilkan detektor dikuatkan oleh rangkaian
elektronik agar bisa diolah oleh rekorder atau sistem data. Sebuah
rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas dengan kecepatan tertentu.
di atas kertas tersebut dipasangkan pena yang digerakkan oleh sinyal
keluaran detektor sehingga posisinya akan berubah-ubah sesuai dengan
dinamika keluaran penguat sinyal detektor. Hasil rekorder adalah
sebuah kromatogram berbentuk pik-pik dengan pola yang sesuai dengan
kondisi sampel dan jenis detektor yang digunakan.
Rekorder
biasanya dihubungkan dengan sebuah elektrometer yang dihubungkan dengan
sirkuit pengintregrasi yang bekerja dengan menghitung jumlah muatan
atau jumlah energi listrik yang dihasilkan oleh detektor. Elektrometer
akan melengkapi pik-pik kromatogram dengan data luas pik atau tinggi pik
lengkap dengan biasnya.
Sistem
data merupakan pengembangan lebih lanjut dari rekorder dan elektrometer
dengan melanjutkan sinyal dari rekorder dan elektrometer ke sebuah unit
pengolah pusat (CPU, Central Procesing Unit).
Kromatografi gas dibagi lagi menjadi 2, yaitu kromatografi gas-cair, dan kromatografi gas-padat.
Kromatografi Gas-Cair
Dalam
kromatografi gas-cair, fase gerak adalah gas seperti helium dan fase
diam adalah cairan yang mempunyai titik didih yang tinggi diserap pada
padatan.
Sebagaimana kecepatan suatu senyawa tertentu bergerak melalui mesin,
akan tergantung pada seberapa lama waktu yang dihabiskan untuk bergerak
dengan gas dan sebaliknya melekat pada cairan dengan jalan yang sama.
Kromatografi gas pada prinsipnya mirip dengan kromatografi kolom (dan
juga bentuk kromatografi yang lain, seperti HPLC, TLC), namun memiliki
beberapa perbedaan. Pertama, proses memisahkan senyawa dalam campuran
dilakukan antara fase diam cair dan gas fase bergerak. Kedua, kolom yang
melaluinya melewati fase gas terletak di oven dimana temperatur gas
dapat dikendalikan, dan ketiga, konsentrasi senyawa dalam fase gas
adalah semata-mata fungsi dari tekanan uap gas.
c. Kromatografi Pertukaran Ion (Ion-Exchange Chromatography)
Kromatografi pertukaran ion (ion-exchange chromatography) biasa digukanan untuk pemurnian materi biologis, seperti asam amino, peptida, protein.
Metode ini dapat dilakukan dalam dua tipe, yaitu dalam kolom maupun
ruang datar (planar). Terdapat dua tipe pertukaran ion, yaitu pertukaran
kation (cation exchange) dan pertukaran anion (anion exchange). Pada pertukaran kation, fase stasioner bermuatan negatif; sedangkan pada pertukaran anion, fase stasioner bermuatan positif.
Molekul bermuatan yang berada pada fase cair akan melewati kolom. Jika
muatan pada molekul sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan
terelusi. Namun jika muatan pada molekul tidak sama dengan kolom, maka
molekul tersebut akan membentuk ikatan ionik dengan kolom. Untuk mengelusi molekul yang menempel pada kolom diperlukan penambahan larutan dengan pH
dan kekuatan ionik tertentu. Pemisahan dengan metode ini sangat
selektif dan karena biaya untuk menjalankan metode ini murah serta
kapasitasnya tinggi, maka metode ini biasa digunakan pada awal proses
keseluruhan.
Berdasarkan Fase stasioner (Fase diam) :
1. Kromatografi Kolom
a. Kromatografi Adsorpsi
Kromatografi Adsorpsi adalah pemisahan akibat daya tarik fase diam yang
kuat terhadap komponen yang dipisahkan adanya interaksi kimiawi dan
elusi bertahap.
Syarat fase diam dalam kromatografi Adsorpsi adalah :
1. Tidak larut dalam fase gerak
2. Inert
3. Cukup aktif
4. Sebaiknya tidak berwarna
5. Memungkinkan aliran baik dan teratur fase gerak. Missal : sukrosa, pati, CaCO3, MgCO3, Mg Silikat aktif, alumina aktif, arang aktif, florisil
b. Kromatografi Partisi
Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang
dapat diterapkan pada sistem multikomponen yang dibahas di bagian
sebelumnya. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam
satu kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara
fasa stationer dan fasa mobil. Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut
diadsorbsi pada adsorben dan fasa mobil adalah molekul pelarut yang
mengisi ruang antar partikel yang teradsorbsi.
Kolomnya (tabung gela) diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel
atau pati yang dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan kedalam
kolom. Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga
sammpel diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa)
ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom.
Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa
mobil) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa stationer).
Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan
partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk masing-masing zat
terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing zat
terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa
lapisan.
c. Kromatografi Adsorpsi dan Partisi
d. Kromatografi pertukaran Ion
e. Kromatografi Ekslusif molekul
f. Kromatografi Afinitas
2. Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino
dengan sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip,
dan asam-asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (tidak
mungkin didistilasi), pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar
yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan
kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi mereka.
Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah
orang pertama yang menggunakan metoda analisis asam amino dengan
kromatografi kertas. Saat campuran asam amino menaiki lembaran kertas
secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara
fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa
berlangsung berulang-ulang. Ketika pelarut mencapai ujung atas kertas
proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang
jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi.
Kromatografi kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas bukan
lembaran kecil, dan sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua
pelarut.
Kromatografi kertas hampir sama dengan kromatografi lapis tipis.
Kromatografi kertas memisahkan larutan organic air dan larutan anorganik
atau komponen polar yang tinggi seperti asam amino dan gula. Kertas
yang digunakan mengandung air yang merupakan fase diam. Fase gerak
umumnya adalah fase pelarut organik polar dan air (campuran pelarut yang
mengandung air sebagai komponen). Fase diam kromatografi kertas
bersifat cair (air) sedangkan fase geraknya juga cairan (pelarut organic
dan air). Campuran sampel menjalani partisi atau distribusi di antara
dua fase cairan. Sampel akan terpisah dengan nilai koefesien partisi
yang berbeda.
Kromatografi kertas merupakan salah satu contoh kromatografi partisi.
Ketika fase gerak diiletakkan di atas chamber, teknik dikenal dengan descending. Ketika fase geraknya diletakkan di bawah maka disebut ascending.
Jika hasil kromatografi kertas kurang berwarna, ada dua metode umum
yang digunakan untuk mendeteksi lokasi spot, yaitu menggunakan sinar UV
dan reagen pewarna. Sinar UV digunakan ketika komponen mengandung zat
fluoresens (berpendar). Kation seperti Co, Ni, Zn, dan Mn menggunakan
reagen pewarna difenil karbazid sehingga menghasilkan warna
masing-masing adalah ungu, merah, pink, da pink pucat. Reagen pewarna tersebut disemprotkan pada kertas dan hasilnya yang terlihat dilingkari oleh pensil (Krupadanam et al
2001). Kromatografi kertas terdapat distribusi antara air (diadsorbsi
oleh kertas saring sekitar 20 %) dan pelarut bergerak (Bansal 2003).
Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan
mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas
adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis
ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian
dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar
wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat
atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.
Satu keuntungan utama Kromatogrfi Kertas
ialah kemudahan dan kesederhanaannya pada pelaksanaan pemisahan, yaitu
hanya pada lembaran kertas saring yang berlaku sebagai medium pemisahan
dan juga sebagai penyangga. Keuntungan lain ialah keterulangan bilangan Rp yang besar pada kertas sehingga pengukuran Rp
merupakan parameter yang berharga dalam memaparkan senyawa tumbuhan
baru. Memang, untuk senyawa antosianin yang tidak mempunyai ciri fisika
lain yangjelas, Rjr adalah sarana terpenting dalam memaparkan dan membedakan pigmen yang satu dengan pigmen yang lain (Harborne, 1967).
3. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi
komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan
prinsip ini.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau
kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase
gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang
terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada
laju yang berbeda. Kita akan membahasnya lebih lanjut.
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan sebuah bentuk dari
kromatografi adsorpsi padat cair yang fase diamnya dilumuri di atas
plat. Ada perbedaan cara dalam melapisi plat, yaitu menuangkan,
mencelupkan, menyemprotkan, dan melapisi. Plat yang digunakan dapat
berupa plat kaca dan aluminium. Adsorban padat yang sering digunakan,
yaitu silikia dan alumina. Bahan tersebut dicampur dengan bahan pengikat
agar tidak terkelupas pada plat yang kering. Sampel ditambahkan sebagai
larutan di dalam pelarut yang non polar di ujung plat dengan membentuk
spot yang simetri. Proses pengulangan penambahan bertujuan mendapatkan
beberapa miligram sampel. Pengamatan pada plat yang menggunakan silikia
(mengandung larutan fluoresens) dengan menggunakan sinar UV
memperlihatkan lokasi spot-spot yang berpendar. Ketika fase gerak
diiletakkan di atas chamber, teknik dikenal dengan descending. Ketika fase geraknya diletakkan di bawah maka disebut ascending (Bansal 2003).
Bila
KLT dibandingkan dengan KKt, kelebihan khas KLT ialah keser-baeunaan,
kecepatan, dan kepekaannya. Keserbagunaan KLT di-sebabkan oleh kenyataan
bahwa di samping selulosa, sejumlah pen-jerap yang berbeda-beda dapat
disaputkan pada pelat kaca atau penyangga lain dan digunakan untuk
kromatografi. Walau pun silika gel paling banyak digunakan, lapisan
dapat pula dibuat dari alumuni-um oksida, 'celite', kalsium hidroksida,
damar penukar ion, magnesium fosfat, poliamida, 'sephadex', polivinil
pirolidon, selulosa, dan campuran dua bahan di atas atau lebih.
Kecepatan KLT yang lebih besar disebabkan oleh sifat penjerap yang lebih
padat bila disaputkan pada pelat dan merupakan keuntungan bila kita
menelaah senyawa labil. Akhirnya, kepekaan KLT sedemikian rupa sehingga
bila diper-lukan dapat dipisahkan bahan yang jumlahnya lebih sedikit
dari ukuran µg.
Satu
kekurangan KLT yang asli ialah kerja penyaputan pelat kaca dengan
penjerap. Kerja ini kemudian agak diringankan dengan ada-nya penyaput
otomatis. Meski pun begitu, dengan menggunakan alat itu pun tetap
diperlukan tindakan pencegahan
tertentu. Pelat kaca harus dibersihkan hati-hati dengan aseton untuk
menghilangkan lemak. Kemudian bubur silika gel (atau penjerap lain)
dalam air harus dikocok kuat-kuat selama jangka waktu tertentu (misalnya
90 detik) sebelum penyaputan. Tergantung pada ukuran partikel penjerap,
mungkin harus ditambahkan kalsium sulfat hemihidrat (15%) untuk
membantu melekatkan penjerap pada pelat kaca. Akhirnya, setelah
penyaputan, pelat harus dikeringkan pada suhu kamar dan kemudian
diaktifkan dengan pemanasan dalam tanur pada 100—110°C selama 30 menit.
Pada beberapa pemisahan biasanya akan menguntungkan bila sifat penjerap
diubah dengan menambahkan garam anorganik (misalnya perak nitrat untuk
KLT pemerakan), dan hal ini paling balk dikerjakan ketika pelat sedang
disaput. Alasan lain masih digu-nakannya pelat yang disaput sendiri di
laboratorium ialah karena kadar air silika gel dapat dikendalikan. Hal
ini merupakan faktor yang kritis untuk beberapa pemisahan.
Tetapi
sekarang menggunakan pelat pralapis niaga dalam kebanyakan pemisahan
sudah merupakan suatu hal yang biasa karena pelat tersedemikian dengan
penjerap yang berbeda-beda, disaputkan pada kaca, lembaran alumunium,
atau plastik. Pelat dapat mengandung indikator fluoresensi atau tidak.
Penambahan indikator ini memungkinkan pendeteksian semua senya-wa yang
memadamkan fluoresensi bila pelat diamati dengan disinari sinar UV
berpanjang gelombang 254 nm. Jenis KLT yang paling baru ialah KLT yang
menggunakan pelat bersaputkan mikropartikel silika halus yang biasa
digunakan untuk kolom KCKT. Kromatografi yang demikian disebut
kromatografi lapis tipis kinerja tinggi (KLTKT) dan biasanya
menghasilkan pemisahan yang lebih efisien dan lebih cepat daripada
pemisahan pada lapisan silika yang biasa.
2.4 Komponen Utama Kromatografi
Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi
komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen.
Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang di dalamnya diisikan fasa
stasioner (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke kolom dari
ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang
cocok (fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun
masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan
adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam
(stationer).
Komponen utama kromatografi adalah fasa stationer dan fasa mobil.
a. Fase Stationer (Fase diam)
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan lapis tipis silica
atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau
plastic yang keras.
Jel silica (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana
dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan
pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida.
Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus –OH. Apa yang kita
sebutkan tentang jel silica kemudian digunakan serupa untuk alumina.
b. Fase Mobil (Fase gerak)
Dalam kromatografi, eluent adalh fase gerak yang berperan penting pada
proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam
(adsorbent). Interaksi antara adsorbant dengan eluent sangat menentukan
terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu, pemisahan komponen gula
dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan
jumlah umpan.
Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut
atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang
banyak digunakan adalah jenis adsorban alumina atau sebuah lapis tipis
silica. Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu
pelarut yang bersifat larutan relative polar dapat mengusir pelarut
yang relative tak polar dari ikatannya dengan alumina (jel silica).
(Kantasubrata,1993).
Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan itu, tergantung pada :
· Bagaimana
kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini bergantung pada bagaimana
besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
· Bagaimana
senyawa melekat pada fase diam, misalnya silica. Hal ini tergantung
pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan silica gel.
Anggaplah
bercak awal pada alumina mengandung dua senyawa, yang satu dapat
membentuk ikatan hydrogen, dan yang lainnya hanya dapat mengambil
tiap-tiap bagian interaksi van der Waals yang lemah.
Senyawa
yang dapat membentuk ikatan hydrogen akan melekat pada jel silica lebih
kuat disbanding senyawa lainnya. Kita mengatakan bahwa senyawa ini
terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan
pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan.
Penjerapan
bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan tetap dari molekul antara
yang terjerap pada permukaan jel silica dan yang kembali pada larutan
dalam pelarut.
Dengan
jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu
terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada silica gel untuk
sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa
senyawa. Itu berarti bahwa senyawa semakin kuat senyawa dijerap,
semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.
an melalui kolom yang berisi fasa diam.
2) Cuplikan disuntikan pada aliran gas.
3) Cuplikan dibawa oleh gas pembawa menuju kolom di sana terjadi proses pemisahan.
4) Komponen yang sudah terpisah meninggakan kolom.
5) Suatu detektor yang sudah dileyakkan di ujung kolom digunakan untuk mendeteksi jenismaupun jumlah tiap komponen.
6) Hasil pendeteksi direkam oleh detektor yang disebut kromatogram
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Home
Sitemap
Tabel Periodik
Chemical
Selasa, 29 Januari 2013
Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran yang didasarkan
atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran yang ada di
dalam sampel di antara dua fase, yakni fase diam (padat atau cair) dan
fase gerak. Ada banyak macam-macam kromatografi tapi disini saya akan
menjelaskan empat macam kromatografi saja, yaitu kromatografi gas,
kromatografi cair Kinerja Tinggi, kromatografi kertas, dan kromatografi
lapis tipis.
1. Kromatografi Gas
a. Pengertian
Kromatografi Gas adalah proses pemisahan campuran menjadi
komponen-komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang
melewati suatu lapisan serapan (sorben) yang diam.
b. Prinsip Kromatografi Gas
Kromatografi gas mempunyai prinsip sama dengan kromatografi lainnya,
tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran
dilakukan antara stasionary fase cair dan gas fase gerak dan pada oven
temperatur gas dapat dikontrol sedangkan pada kromatografi kolom hanya
pada tahap fase cair dan temperatur tidak dimiliki.
c. Alat Kromatografi Gas
1) Fase Mobil (Gas Pembawa)
2) Sistem Injeksi Sampel
3) Kolom
4) Detektor
5) Pencatat (Recorder)
d. Cara Kerja
1) Gas di dalam silinder baja gialirkan melalui kolom yang berisi
fasa diam.
2) Cuplikan disuntikan pada aliran gas.
3) Cuplikan dibawa oleh gas pembawa menuju kolom di sana terjadi
proses pemisahan.
4) Komponen yang sudah terpisah meninggakan kolom.
5) Suatu detektor yang sudah dileyakkan di ujung kolom digunakan untuk
mendeteksi jenismaupun jumlah tiap komponen.
6) Hasil pendeteksi direkam oleh detektor yang disebut kromatogram,
yang terdiri dari beberapa peak.
e. Kelebihan
1) Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi.
2) Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi
pemisahan yang tinggi.
3) Gas mempunyai vikositas yang rendah.
4) Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat
sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
5) Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase
diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam
campuran.
f. Kekurangan
1) Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.
2) Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran
dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan
pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon
atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.
3) Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat
reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut.
2. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
a. Pengertian
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi merupakan salah satu metode kimia dan
fisikokimia. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi termasuk metode analisis
terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak cairan dan
fasa diam cairan atau padat.
b. Prinsip Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
1) Fasa gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor dengan
bantuan pompa.
2) Sempel dimasukkan ke dalam fase gerak .
3) Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen campuran berdasarkan
kekuatan interaksi solut dengan fasa diam. Solut yang berinteraksi lemah
akan keluar lebih dulu .
4) Setiap komponen yang keluar akan dideteksi oleh detektor lalu
direkam dalam bentuk kromatogram.
c. Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
1) Tempat Pelarut
2) Pompa
3) Tempat Injeksi Sampel
4) Kolom
5) Detektor
6) Rekorder
d. Cara Kerja
1) Mula-mula solven diambil melalui pompa.
2) Solven ini dikemudian masuk ke dalam katup injeksi berbutar, yang
dipasang tepat pada sampel loop.
3) Sampel dimasukan ke dalam sampel loop yang kemudian bersama-sama
dengan solven masuk kedalam kolom.
4) Hasil pemisahan dideteksi oleh detektor, yang penampakannya
ditunjukan oleh perekam (pencatat = recorder).
e. Kelebihan
1) Cepat
2) Kolom dapat digunakan kembali
3) Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik
4) Mudah rekoveri sampel
f. Kekurangan
1) Memerlukan biaya yang banyak untuk proses pemisahannya
2) Memerlukan orang yang trampil dalam pemisahannya
3. Kromatografi Kertas
a. Pengertian
Kromatografi Kertas adalah teknik metode analisis untuk memisahkan dan
mengidentifikasi campuran yang bisa berwarna (terutama pigmen) yang
terdiri dari dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak.
b. Prinsip Kromatografi Kertas
Pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen bergerak pada
laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan
bercak warna.
c. Alat dan Bahan
i. Alat
1) Bejana dan penutupnya
2) Penggaris
3) Pipa Kapiler
4) Pensil atau Ballpoint
5) Gunting
6) Penjepit Kertas
ii. Bahan
1) Kertas Saring
2) Noda (bisa berupa spidol, stabilo, dan zat warna lainnya)
3) Pelarut yang cocok dengan noda
d. Cara Kerja
1) Potong kertas saring menjadi berbentuk persegi panjang (ukuran
terserah kalian yang penting bisa masuk ke dalam bejana, jangan terlalu
besar dan jangan terlalu kecil).
2) Garis ujung kertas bagian bawah (minimal jarak dari ujung kertas 1
cm untuk mencegah kontak langsung dengan pelarut).
3) Tetesi noda pada garis pembatas pada kertas.
4) Masukkan kertas yang sudah ditetesi noda tadi kedalam bejana yang
sebelumnya sudah diberi pelarut.
5) Tunggu hingga beberapa menit sampai proses penyerapan selesai.
6) Setelah itu kertas dikeringkan.
7) Ukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen noda yang dipisahkan
dan hitung nilai Rf noda tersebut.
4. Kromatografi Lapis Tipis
a. Pengertian
Kromatografi Lapis Tipis adalah suatu teknik pemisahan yang sederhana
dan banyak digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran
plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan kering bentuk
silika gel, alomina, selulosa dan polianida.
b. Prinsip Kromatografi Lapis Tipis
1) memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel
dengan pelarut yang digunakan.
2) kromatografi lapis tipis memiliki fase diam berupa sebuah lapis
tipis silika atau alumina dan fase gerak pelarut atau campuran pelarut
(eluen) yang sesuai.
c. Alat
1) Silika Gel (fase diam) dan Pewarna (fase gerak)
2) Gelas kimia atau bejana
3) Lempengan
4) pensil
d. Cara Kerja
1) Kita siapkan alat.
2) Gambar sebuah garis menggunakan pensil pada bagian bawah lempengan
(jarak garis dari ujung lempengan berkisar antara 1-2cm).
3) Teteskan pelarut dari campuran pewarna pada garis lempengan.
4) Masukkan lempengan pada gelas kimia (jangan sampai terkena
pelarut).
5) Komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada
kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
e. Kegunaan
1) Untuk penentuan jumlah komponen dalam campuran.
2) Untuk penentuan identitas antara dua campuran.
3) Untuk memonitor perkembangan reaksi.
4) Untuk penentuan keefektifan pemurnian.
5) Untuk penentuan kondisi yang sesuai untuk pemisahan pada
kromatografi kolom.
6) Untuk memonitor kromatografi kolom .
Diposkan oleh anton outsider di 11.35.00
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest
Tanggapan Anda:
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lama Beranda
Efek Blog
Translate
Pilih Bahasa▼
Blogger templates
Popular Posts
Spektrofotometri
A. Pengertian Spektrofotometri merupakan salah satu metode
dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu
sam...
Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran yang
didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran
yang ada...
Asam Karboksilat
A. Pengertian Asam Karboksilat merupakan senyawa karbon
yang mengandung gugus fungsi karboksil -COOH yang terikat ke suatu gu...
Blogger news
Blogroll
widgets
About
Anton Outsiders
Buat Lencana Anda
Blog Archive
▼ 2013 (3)
▼ Januari (3)
Kromatografi
Spektrofotometri
Asam Karboksilat
Catatan Kecil
Kimia itu tidak sesulit yang kalian bayangkan, jangan pernah merasa
minder untuk belajar kimia karena kimia selalu hadir disetiap kehidupan
kita.
Total Tayangan Laman
Sparkline 46,303
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Digital clock
Pengikut
Mengenai Saya
Foto Saya
anton outsider
Nama : Anton Priambodo
Alamat : Kedon, Palar, Trucuk, Klaten
Pedidikan:
SD Negeri 11 Jakarta Barat
SMP Negeri 125 Jakarta Barat
SMK Negeri 1 Trucuk Klaten
Jurusan Kimia Industri
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jurusan Teknik Kimia
Lihat profil lengkapku
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Copyright © 2015 Chemical. Designed for best radio stations - things to
do in oakland, contact corporate offices, credit card processing
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Home
Sitemap
Tabel Periodik
Chemical
Selasa, 29 Januari 2013
Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran yang didasarkan
atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran yang ada di
dalam sampel di antara dua fase, yakni fase diam (padat atau cair) dan
fase gerak. Ada banyak macam-macam kromatografi tapi disini saya akan
menjelaskan empat macam kromatografi saja, yaitu kromatografi gas,
kromatografi cair Kinerja Tinggi, kromatografi kertas, dan kromatografi
lapis tipis.
1. Kromatografi Gas
a. Pengertian
Kromatografi Gas adalah proses pemisahan campuran menjadi
komponen-komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang
melewati suatu lapisan serapan (sorben) yang diam.
b. Prinsip Kromatografi Gas
Kromatografi gas mempunyai prinsip sama dengan kromatografi lainnya,
tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran
dilakukan antara stasionary fase cair dan gas fase gerak dan pada oven
temperatur gas dapat dikontrol sedangkan pada kromatografi kolom hanya
pada tahap fase cair dan temperatur tidak dimiliki.
c. Alat Kromatografi Gas
1) Fase Mobil (Gas Pembawa)
2) Sistem Injeksi Sampel
3) Kolom
4) Detektor
5) Pencatat (Recorder)
d. Cara Kerja
1) Gas di dalam silinder baja gialirkan melalui kolom yang berisi
fasa diam.
2) Cuplikan disuntikan pada aliran gas.
3) Cuplikan dibawa oleh gas pembawa menuju kolom di sana terjadi
proses pemisahan.
4) Komponen yang sudah terpisah meninggakan kolom.
5) Suatu detektor yang sudah dileyakkan di ujung kolom digunakan untuk
mendeteksi jenismaupun jumlah tiap komponen.
6) Hasil pendeteksi direkam oleh detektor yang disebut kromatogram,
yang terdiri dari beberapa peak.
e. Kelebihan
1) Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi.
2) Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi
pemisahan yang tinggi.
3) Gas mempunyai vikositas yang rendah.
4) Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat
sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
5) Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase
diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam
campuran.
f. Kekurangan
1) Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.
2) Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran
dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan
pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon
atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.
3) Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat
reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut.
2. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
a. Pengertian
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi merupakan salah satu metode kimia dan
fisikokimia. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi termasuk metode analisis
terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak cairan dan
fasa diam cairan atau padat.
b. Prinsip Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
1) Fasa gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor dengan
bantuan pompa.
2) Sempel dimasukkan ke dalam fase gerak .
3) Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen campuran berdasarkan
kekuatan interaksi solut dengan fasa diam. Solut yang berinteraksi lemah
akan keluar lebih dulu .
4) Setiap komponen yang keluar akan dideteksi oleh detektor lalu
direkam dalam bentuk kromatogram.
c. Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
1) Tempat Pelarut
2) Pompa
3) Tempat Injeksi Sampel
4) Kolom
5) Detektor
6) Rekorder
d. Cara Kerja
1) Mula-mula solven diambil melalui pompa.
2) Solven ini dikemudian masuk ke dalam katup injeksi berbutar, yang
dipasang tepat pada sampel loop.
3) Sampel dimasukan ke dalam sampel loop yang kemudian bersama-sama
dengan solven masuk kedalam kolom.
4) Hasil pemisahan dideteksi oleh detektor, yang penampakannya
ditunjukan oleh perekam (pencatat = recorder).
e. Kelebihan
1) Cepat
2) Kolom dapat digunakan kembali
3) Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik
4) Mudah rekoveri sampel
f. Kekurangan
1) Memerlukan biaya yang banyak untuk proses pemisahannya
2) Memerlukan orang yang trampil dalam pemisahannya
3. Kromatografi Kertas
a. Pengertian
Kromatografi Kertas adalah teknik metode analisis untuk memisahkan dan
mengidentifikasi campuran yang bisa berwarna (terutama pigmen) yang
terdiri dari dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak.
b. Prinsip Kromatografi Kertas
Pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen bergerak pada
laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan
bercak warna.
c. Alat dan Bahan
i. Alat
1) Bejana dan penutupnya
2) Penggaris
3) Pipa Kapiler
4) Pensil atau Ballpoint
5) Gunting
6) Penjepit Kertas
ii. Bahan
1) Kertas Saring
2) Noda (bisa berupa spidol, stabilo, dan zat warna lainnya)
3) Pelarut yang cocok dengan noda
d. Cara Kerja
1) Potong kertas saring menjadi berbentuk persegi panjang (ukuran
terserah kalian yang penting bisa masuk ke dalam bejana, jangan terlalu
besar dan jangan terlalu kecil).
2) Garis ujung kertas bagian bawah (minimal jarak dari ujung kertas 1
cm untuk mencegah kontak langsung dengan pelarut).
3) Tetesi noda pada garis pembatas pada kertas.
4) Masukkan kertas yang sudah ditetesi noda tadi kedalam bejana yang
sebelumnya sudah diberi pelarut.
5) Tunggu hingga beberapa menit sampai proses penyerapan selesai.
6) Setelah itu kertas dikeringkan.
7) Ukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen noda yang dipisahkan
dan hitung nilai Rf noda tersebut.
4. Kromatografi Lapis Tipis
a. Pengertian
Kromatografi Lapis Tipis adalah suatu teknik pemisahan yang sederhana
dan banyak digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran
plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan kering bentuk
silika gel, alomina, selulosa dan polianida.
b. Prinsip Kromatografi Lapis Tipis
1) memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel
dengan pelarut yang digunakan.
2) kromatografi lapis tipis memiliki fase diam berupa sebuah lapis
tipis silika atau alumina dan fase gerak pelarut atau campuran pelarut
(eluen) yang sesuai.
c. Alat
1) Silika Gel (fase diam) dan Pewarna (fase gerak)
2) Gelas kimia atau bejana
3) Lempengan
4) pensil
d. Cara Kerja
1) Kita siapkan alat.
2) Gambar sebuah garis menggunakan pensil pada bagian bawah lempengan
(jarak garis dari ujung lempengan berkisar antara 1-2cm).
3) Teteskan pelarut dari campuran pewarna pada garis lempengan.
4) Masukkan lempengan pada gelas kimia (jangan sampai terkena
pelarut).
5) Komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada
kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
e. Kegunaan
1) Untuk penentuan jumlah komponen dalam campuran.
2) Untuk penentuan identitas antara dua campuran.
3) Untuk memonitor perkembangan reaksi.
4) Untuk penentuan keefektifan pemurnian.
5) Untuk penentuan kondisi yang sesuai untuk pemisahan pada
kromatografi kolom.
6) Untuk memonitor kromatografi kolom .
Diposkan oleh anton outsider di 11.35.00
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest
Tanggapan Anda:
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lama Beranda
Efek Blog
Translate
Pilih Bahasa▼
Blogger templates
Popular Posts
Spektrofotometri
A. Pengertian Spektrofotometri merupakan salah satu metode
dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu
sam...
Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran yang
didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran
yang ada...
Asam Karboksilat
A. Pengertian Asam Karboksilat merupakan senyawa karbon
yang mengandung gugus fungsi karboksil -COOH yang terikat ke suatu gu...
Blogger news
Blogroll
widgets
About
Anton Outsiders
Buat Lencana Anda
Blog Archive
▼ 2013 (3)
▼ Januari (3)
Kromatografi
Spektrofotometri
Asam Karboksilat
Catatan Kecil
Kimia itu tidak sesulit yang kalian bayangkan, jangan pernah merasa
minder untuk belajar kimia karena kimia selalu hadir disetiap kehidupan
kita.
Total Tayangan Laman
Sparkline 46,303
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Digital clock
Pengikut
Mengenai Saya
Foto Saya
anton outsider
Nama : Anton Priambodo
Alamat : Kedon, Palar, Trucuk, Klaten
Pedidikan:
SD Negeri 11 Jakarta Barat
SMP Negeri 125 Jakarta Barat
SMK Negeri 1 Trucuk Klaten
Jurusan Kimia Industri
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jurusan Teknik Kimia
Lihat profil lengkapku
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Copyright © 2015 Chemical. Designed for best radio stations - things to
do in oakland, contact corporate offices, credit card processing
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar